27 Mei, 2008

Keputusan Resmi Pemko Siantar Soal Tarif

Tarif Angkot Rp2500, Pelajar/MahasiswaRp1000 Berlaku Mulai 1 Juni

Ratusan Sopir SKB Mogok, Penumpang Terlantar

SIANTAR-SK: Hasil rapat gabungan di Ruang Data Pemko Siantar ditetapkan tarif angkutan umum di Siantar naik sebesar 68 persen. Seusai rapat, Kadis Perhubungan Siantar Kondarius Ambarita mengatakan kenaikan tarif angkot untuk penumpang umum sebesar 68 persen dan untuk pelajar dan mahasiswa naik 25 persen. Sehingga dari Rp1700 ongkos untuk penumpang umum, menjadi Rp 2500. Untuk pelajar/mahasiswa dari Rp800 menjadi Rp1000. Ketentuan kenaikan tarif angkot di Siantar berlaku sejak 1 Juni 2008.

Rapat gabungan tersebut dihadiri Kadis Perhubungan Kondarius Ambarita, Asisten I Lintong Siagian, para camat, Ketua Organda Ramli Silalahi, Wakil Ketua DPRD Syirwan Hazzly Nasution, Ketua Komisi IV Maruli Silitonga dan berbagai perwakilan pengusaha angkutan seperti GOK, Siantar Bus, SKB, Ria Jaya.

Ramli Silalahi yang ditemui seusai rapat mengatakan, penyesuaian tarif diputuskan berdasarkan kesepakatan bersama antara Organda, Pemko dan perwakilan pengusaha.

Menurutnya keputusan tersebut diharapkan mampu menjadi solusi yang tepat untuk semua lapisan yang terlibat dalam dunia transportasi menyikapi dampak naiknya harga BBM.

Ramli juga mengatakan secara pribadi Organda yang dipimpinnya tidak menginginkan kenaikan tarif angkutan terjadi. Tetapi karena keadaan yang memaksa, maka dengan sangat berat hal tersebut dilakukan. “Tarif yang telah disepakati dalam rapat tadi dipertimbangkan dengan matang baik terhadap masyarakat, pengguna jasa angkutan maupun terhadap kemungkinan kenaikan biaya hidup, kenaikan onderdil mobil dan lainnya,” ujar Ramli.

Dia juga berharap keputusan tersebut dapat diterima semua pengusaha angkutan. Terkait penetapan tarif berlaku sebelum ada pengumuman, Ramli menilai hal tersebut dapat dilakukan selama tidak memaksa kepada penumpang.

Sementara itu, ratusan sopir angkutan kota (angkot) Sepakat Karya Bersama (SKB) jurusan Pasar Horas-Beringin, melakukan aksi mogok, Senin (26/5). Mereka memprotes kebijakan Pemko Siantar dan Organda tentang tarif baru angkot pasca kenaikan harga BBM.

Para sopir melakukan aksi mogok di Jalan Medan Km 6,5 persis di persimpangan Terminal Tanjung Pinggir. Sebanyak 110 unit angkot SKB berhenti di lokasi tersebut sejak jam 08.15 Wib. Akibat aksi tersebut, jalanan di sdi sekitar lokasi tersebut terlihat macet.

Dalam aksi mogok ini tampak sejumlah sopir yang sudah berhenti terlebih dahulu, meminta rekan sopir SKB lainnya agar turut serta melakukan aksi serupa. Caranya dengan memberhentikan setiap angkot SKB yang lewat dari lokasi tersebut. Bahkan, tanpa merasa bersalah, para sopir meminta penumpang yang ada di dalam angkot untuk keluar.

Koordinator lapangan (Korlap) SKB, M Sihombing mengatakan, aksi yang mereka lakukan sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap Organda (Organisasi Angkutan Darat). “Seharusnya mereka itu secepatnya bersikap, mengantisipasi kenaikan harga BBM terkait tarif angkot,” ucap Sihombing.

Dia juga mengatakan aksi ini dilakukan karena mendengar adanya informasi yang beredar bahwa Pemko akan menaikkan tarif angkot menjadi Rp2300, sedangkan Organda mengusulkan menjadi Rp2500. Menurutnya hal tersebut bertentangan dengan rencana sopir menginginkan tarif angkot menjadi Rp3000. “Keinginannya begitu karena melihat kondisi sopir yang semakin memprihatinkan, bahkan untuk membiayai hidup sehari hari, sudah tidak mencukupi. Sejak naiknya harga BBM, pendapatan sopir menjadi sangat berkurang dan hanya Rp 15 ribu- 20 ribu/ harinya,” jelasnya.

Dikatakannya jika aksi ini tidak mendapat respon dari Organda dan Pemko, direncanakan hari ini Selasa (27/5), seluruh sopir dan pengusaha angkot yang ada di Siantar-Simalungun akan menggelar aksi mogok secara serentak.

Dampak dari mogoknya sopir SKB tersebut, sekitar 500-an penumpang SKB terlihat terlantar. Bahkan ada beberapa penumpang kelihatan kesal atas ulah sopir SKB tersebut. “Bagaimana tidak kesal, kita diturunkan di tengah jalan,” ujar salah seorang penumpang.

Terlantarnya penumpang tersebut tak sedikitpun terlihat antisipasi dari pemko. Tak ada armada dari instansi terkait untuk mengangkut penumpang yang terlantar. Akibatnya, penumpang terpaksa berjalan kaki menuju tempat tujuannya masing masing. Hanya tampak terlihat beberapa petugas kepolisian dibantu Dinas Perhubungan mengatur jalur lalu lintas. (jansen)