SIANTAR-SK: Ratusan siswa SMA Negeri 4 Pematangsiantar menggelar unjukrasa di halaman Gedung DPRD Siantar, Jumat (1/8), menolak rencana ruislag gedung sekolah mereka dan menolak perpindahan lokasi belajar dari Jalan Pattimura ke Jalan Gunung Sibayak, Siantar Selatan.
Lengkap dengan atribut pramuka, para siswa tersebut memulai unjukrasa saat siswa kelas XI dan XII (kelas 2 dan 3) melakukan orasi di halaman SMAN 4 Jalan Pattimura. Selanjutnya mereka melakukan long march sepanjang Jalan Sutomo, berbelok melalui Jalan Imam Bonjol tembus Jalan Pane, menuju lokasi gedung sekolah milik swasta di Jalan Gunung Sibayak yang untuk sementara dipinjam dan digunakan oleh SMAN 4 untuk lokasi belajar kelas X (kelas 1). Selanjutnya, dari Jalan Sibayak, seluruh siswa tersebut dengan berjalan kaki menuju Gedung DPRD Siantar di Jalan Merdeka.
Aksi unjukrasa ini merupakan buntut dari kebijakan Pemko Pematangsiantar melalui Dispenjar (Dinas Pendidikan dan Pengajaran) yang memindahkan lokasi lokasi belajar siswa kelas X dari Jalan Patimura ke Jalan Gunung Sibayak. Bagi mereka, perpindahan siswa hanya untuk kepentingan kelompok tertentu. “Sekolah Kami Bukan Tempat Nyari Duit”, demikian salah satu tulisan yang tertera dalam poster yang dibawa para siswa tersebut.
Anehnya, saat unjukrasa berlangsung tak satupun anggota DPRD, terutama dari Komsisi II yang membidangi masalah pendidikan, menunjukkan batang hidungnya. Hal ini menambah kekesalan siswa yang unjukrasa. Apalagi saat itu, kondisi cuaca sangat panas. Sejumlah kalangan dan pemerhati pendidikan di Pematangsiantar pun mencibir ketidakhadiran anggota DPRD ini. Ada yang menyebut, beberapa anggota DPRD telah mendapat suap dari uang ruislag sehingga tak berani menampakkan batang hidungnya.
Akhirnya setelah ditunggu beberapa lama, beberapa anggota Komisi II mulai menampakkan batang hidungnya. Ronald Darwin Tampubolon tampak hadir menerima kedatangan para pendemo diikuti anggota DPRD lainnya yakni Grace Cristiane, Aroni Zendrato, Julian Martin, dan juga Ketua DPRD Lingga Napitupulu.
Grace Cristiane mewakili DPRD mengatakan DPRD akan tetap memperjuangkan apa yang telah diaspirasikan oleh siswa namun diminta kepada para siswa agar jangan melakukan tindakan konyol. “DPRD tidak akan mendiamkan kebijakan yang tidak benar. Namun demikian tugas kalian adalah belajar, biar kami yang akan menyelesaikan apa yang menjadi keinginan dan harapan kalian,” papar Grace.
Merasa kurang puas dengan jawaban yang diberikan, para pengunjukrasa kemudian meminta DPRD jangan hanya berupaya dan berjanji namun harus memberikan bukti yang nyata bagi mereka.
Ketua DPRD Pematangsiantar Lingga Napitupulu kemudian dengan spontan meraih toa (alat pengeras suara, red) dan memanggil Sekretaris Dewan agar saat itu juga melayangkan surat kepada Walikota Pematangsiantar, Kadis Penjar dan beberapa instansi terkait dan orangtua siswa untuk menghadiri pertemuan yang akan dilaksanakan pada Senin (4/8), guna membahas permasalahan tersebut di Gedung DPRD Pematangsianta. Mendapat jawaban dari Lingga, para pengunjukrasa langsung bertepuk riuh. Puas dengan tuntutan dan keinginan mereka, setengah jam berselang dengan tertib para pengunjukrasa membubarkan diri.
Kepala Sekolah SMAN 4, DR Gultom mengatakan berdasarkan pengamatannya jumlah siswa yang setuju sekolahnya dipindahkan ke Jalan Gunung Sibayak lebih banyak daripada siswa yang tidak setuju perpindahan. “Kira-kira 60 persen berbanding 40 persen,” ujar Gultom saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (1/8).
Gultom mengakui sebelum melakukan unjukrasa, dia telah mencoba melakukan dialog dengan para siswa. Hasil dialog, kata Gultom, dia berjanji akan mendapingi siswa melakukan pertemuan dengan Dispenjar. “Namun ternyata upaya dialog yang saya bangun sama sekali tidak dihargai oleh siswa pengunjuk rasa. Mereka memaksa keluar dan berangkat ke Jalan Gunung Sibayak. Meski tidak dihargai, saya tidak akan menerbitkan surat peringatan bagi siswa yang bolos sekolah untuk berunjukrasa ke gedung dewan,” ujar Gultom.
Sedangkan kepada guru yang ikut menolak perpindahan, Gultom juga berjanji tidak akan memberikan teguran. “Hal itu berlaku bila, guru guru tersebut tidak menghambat proses belajar dan mengajar di SMAN 4,” katanya.
Di tempat terpisah, Ketua PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) cabang Pematangsiantar, Daniel Siregar, mengatakan, mayoritas guru di SMAN 4 merasa puas bila mengajar di gedung Jalan Gunung Sibayak. “Karena memang tempatnya lebih tenang dan bebas dari kebisingan lalu lintas,” sebutnya.
Karenanya, Daniel Siregar menaruh rasa curiga terhadap aksi yang dilakukan sejumlah siswa yang berunjukrasa menolak perpindahan. Kecurigaan itu semakin bertambah seiring dengan melencengnya sejumlah siswa dari kesepakatan yang telah dilakukan antara kepala sekolah dengan siswa pengunjukrasa. “Kenapa siswa bisa lari dari kesepakatan? Ada apa ini?” tanya Daniel. (fet/daud)