07 Juli, 2008
Bayi Lahir Tanpa Anus Butuh Uluran Tangan Dermawan
Sempat Ditolak Dokter RSU Djasamen Saragih Karena Ketiadaan Biaya
SIANTAR-SK: Sembari menggendong bayinya, Nurhayati (25) hanya diam termangu di lorong Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit dr. Djasamen Saragih, Pematangsiantar, Senin (7/7). Bayi yang digendongnya selalu menangis dan membuat Nurhayati semakin bingung. “Saya tak tahu harus bagaimana menghentikan tangisnya. Dia tampak kesakitan yang luar biasa,”ujar Nurhayati mengenai bayinya.
Bayi perempuan Nurhayati baru berusia 18 hari, lahir tanpa anus di sebuah puskesmas di Jalan Siatas Barita, Siantar Timur, atas jasa Bidan R Siahaan. Karena tak punya anus, perut bayi perempuan yang belum diberi nama ini terus membuncit sementara tubuhnya semakin kurus. Nurhayati didampingi suaminya Surya Asri (36) mengatakan mereka kini tak tahu harus bagaimana untuk mengobati anaknya yang sejak lahir tanpa anus tersebut. Menurut Surya, mereka tak cukup punya biaya untuk mengobati anaknya.
Surya mengatakan dari puskesmas, mereka membawa bayinya ke RSU dr. Djasamen Saragih. Sayangnya, sampai di rumah sakit pemerintah ini, mereka ditolak oleh seorang dokter dengan alasan penanganan bayi tersebut butuh biaya besar. Surya sendiri tak tahu siapa nama dokter tersebut.
Surya pun berusaha untuk mendapat kartu Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat), pengganti Askeskin. Namun usahanya sia-sia dengan alasan namanya tak terdaftar di data base. Biaya pengobatan pun dihitung layaknya pasien umum. “Kami tidak punya uang, harus bagaimana lagi?” ucap Nurhayati sambil meneteskan air mata.
Surya saat ini hanya seorang karyawan cleaning service di sebuah perusahaan swasta di Pematangsiantar. Selain itu dia juga sering nyambi menjadi buruh bangunan untuk menambah penghasilan. Nurhayati sendiri tak bekerja, hanya ibu rumah tangga biasa.
Suami-istri warga Jalan Flores II Kelurahan Banten, Kecamatan Siantar Barat, ini pun hanya bisa duduk diam di taman rumah sakit tersebut tanpa bisa berbuat apa-apa.
Hingga selanjutnya ketika Sinar Keadilan dan beberapa media lain secara kebetulan bertemu mereka. Beberapa wartawan pun berusaha menolong dan mencari solusi hingga dokter Jumita di bagian IGD RSU dr Djasamen Saragih bersedia memeriksa dan memberi pertolongan pertama.
Dr Jumita mengatakan si bayi harus mendapat operasi secepatnya dan membutuhkan biaya besar. “Ini tidak bisa berlarut-larut,” ujarnya kepada wartawan. Ketika disinggung soal biaya, diakuinya pihaknya akan mencoba berusaha semampu mungkin untuk mengupayakan perobatan.
Hingga berita ini diturunkan, si bayi berkulit putih ini masih mendapat perawatan secara intensif di ruang IGD. Nurhayati dan Surya mengaku sedikit tenang ketika anaknya sudah dijamah dokter. Namun Surya tak bisa berkata lagi saat ditanya bagaimana mengenai biaya untuk operasi. ”Kami tidak tahu harus berbuat apa lagi. Saya hanya berharap ada dermawan yang mau menolong kami,” ujarnya menangis.
Ada yang mau menolong? Saatnya saling meringankan penderitaan sesama. (dho)