Selama Dirawat, RSUD Djasamen Tidak Memberikan Infus dan Obat-obatan
Si Ayah Dipecat dari Pekerjaan Karena Menjaga Bayinya yang Sakit
SIANTAR-SK: Karena keterbatasan biaya akhirnya bayi perempuan berusia 19 hari anak pasangan Surya Asri (43) dan Nurhayati (33) akhirnya dibawa pulang. Sebelumnya, anak ketiga dari pasangan tersebut diduga tidak memiliki lubang anus (pembuangan kotoran) dan terpaksa dirawat di RSUD Djasamen Saragih, Pematangsiantar. Namun belakangan diketahui si bayi hanya mengalami kelainan lubang anus tidak seperti normalnya.
Saat ditemui di rumah kontrakannya, Selasa (8/7), di Jalan Flores, Kelurahan Bantan, Siantar Barat, Surya mengungkapkan putrinya dibawa pulang karena tidak mempunyai biaya pengobatan. Menurutnya sejak bayinya dirawat, Senin (7/7), sampai besok siangnya pihak rumah sakit tidak memberikan obat- obatan dan infus pada si bayi. “Sejak didaftarkan sebagai peserta Asuransi Kesehatan Miskin (Askeskin), anakku tidak pernah diperhatikan,” ujar Nurhayati.
Menurutnya kalau hanya sebatas tidur, bayinya lebih baik dibawa pulang karena tidak dipedulikan pihak rumah sakit. Ironisnya saat Surya menanyakan mengapa bayinya tidak diberikan obat, kepala perawat hanya mengatakan stok obat habis. “Yang saya sedihkan apa tidak ada hati nurani dengan kondisi anak saya, ini masalah nyawa,” katanya.
Akhirnya, Selasa (8/7) sekitar pukul 14.00 Wib, Surya memutuskan untuk membawa bayinya pulang. Pihak rumah sakit sempat menahannya, namun karena khawatir, Surya dan istrinya bersikeras membawa pulang anaknya.
Surya menuturkan bayinya lahir 18 Juni 2008 yang lalu, tetapi empat hari kemudian, bayi tersebut mulai demam, muntah dan perut kembung. Akhirnya dia berinisiatif membawa bayinya kepada dr Susanti Dewayani, SpA. Usai diperiksa disarankan si bayi dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Selanjutnya bayi dibawa ke RSU Dr Djasamen Saragih keesokan harinya, setelah mendapat pinjaman uang dari tetangga .
Selama 10 hari dirawat kondisi kesehatan bayi tidak mengalami kemajuan. Pihak rumah sakit menyarankan agar susunya diganti dengan jenis Bebelac, tetapi kondisi bayi tetap tidak berubah. Akhirnya si bayi dibawa pulang setelah membayar biaya perawatan sekitar Rp1 juta.
Beberapa hari berada di rumah, kondisi bayi semakin parah. Akhirnya, Senin (7/7), dibawa kembali ke RSU dr Djasamen Saragih.
Tragisnya saat merawat bayinya, Surya justru diberhentikan dari pekerjaannya sebagai sopir pribadi di Medan. Ini semakin memperparah nasib si bayi. Bahkan untuk menebus resep dokter, Surya tak lagi mempunyai uang. Sementara itu obat harus secepatnya diberikan sesuai pesan dokter sebelum anaknya dibawa pulang. “Bagaimana saya mau bawa ke rumah sakit kembali, saya takut memikirkan biaya pengobatannya,” katanya. Dia hanya pasrah dan berharap kemurahan hati seseorang yang rela membantu biaya perobatan bayinya.
Di tempat terpisah, dr Susanti Dewayani SpA mengatakan, bayi tersebut bukan tidak memiliki anus, hanya ada kelainan. “Anusnya ada, tapi kecil,” ujarnya. Susanti mengatakan untuk mengatasinya perlu dilakukan tes darah dan ronsen terhadap bayi.
“Tapi bagaimana kita melakukannya sedangkan si bayi telah dibawa pulang, dengan alasan tidak mempunyai uang,” sebutnya.
Dia menerangkan perut kembung bayi disebabkan adanya penyempitan pada saluran pembuangan dan akibat kekurangan cairan atau disebut meteorisphus.
Sedangkan kejelasan penanganan bayi, menurutnya dapat disimpulkan melalui pemeriksaan kedua untuk memastikan bayi tersebut dapat dioperasi atau tidak. (jansen/fandho)