28 April, 2008

Kecurangan UN di Sumatera Utara

Densus 88 Tangkap 16 Guru dan Seorang Kepsek

Polisi Datangi SMA 2 dan 3 Siantar, Perketat Keamanan

MEDAN–SK: Di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara secara mengejutkan Kepolisian Resor Deli Serdang menetapkan 16 guru dan seorang kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Lubuk Pakam 2 sebagai tersangka pelaku kecurangan UN Rabu siang. Mereka kedapatan membetulkan jawaban soal ujian siswa di sekolahnya. Penetapan sebagai tersangka itu dilakukan setelah Detasemen Khusus 88 Polda Sumut memergoki mereka membetulkan jawaban siswa.

"Mereka terbukti menjawab soal siswa. Detasemen khusus 88 memergoki mereka di ruang khusus sekolah itu. Saat ini kami mewajibkan mereka lapor dua kali seminggu. Belum ada yang kami tahan karena mereka bersikap kooperatif," tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Deli Serdang, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ruruh Witjaksono, Kamis (24/4).

Kejadian itu baru diketahui polisi setelah UN hari kedua tingkat SMA usai, Rabu siang. Dari keterangan yang dia himpun, para guru sepakat membetulkan jawaban soal UN siswa mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata pelajaran itu mereka nilai sulit, sehingga perlu membantu siswa. Dari keterangan para guru, ide untuk membantu siswa itu datang dari kepala sekolah.

"Guru Bahasa Inggris yang menjawab soalnya. Selanjutnya para guru bersama-sama membetulkan jawaban siswa sebanyak 284 lembar. Dari keterangan guru, yang paling bertanggung jawab adalah kepala sekolah. Kami masih meminta keterangan tambahan kepada mereka," tuturnya.

Sebelumnya, informasi polisi datang dari Detasemen Khusus 88 Polda Sumut.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut Parlindungan Purba menuturkan kasus kecurangan ini bukti tidak adanya perubahan tahun lalu. Semangat UN untuk meningkatkan mutu pendidikan bakal susah terwujud. "Semangat untuk melaporkan kecurangan ini harus mendapat dukungan. Jangan coba-coba mengancam para guru yang berbuat jujur. Kami bisa membantu melaporkan ke polisi," tuturnya.

Sementara itu kecurangan ujian nasional di Sumatera Utara terjadi di tujuh daerah kabupaten dan kota. Kecurangan itu tersebar di 24 sekolah menengah atas dan sederajat. Laporan adanya kecurangan itu sebagian besar dari Komunitas Air Mata Guru/KAMG dan satu kasus dipergoki petugas kepolisian.

"Secara umum terjadi pelanggraan posedur operasi standar UN. Kecurangan masih kami temukan kasat mata di depan kami. Bahkan kecurangan juga kami temukan di sekolah favorit," tutur Ketua Dewan Pengurus KAMG Daud Hutabarat, Kamis (24/4) di Medan.

Daud mengatakan temuan adanya kecurangan UN umumnya dia terima dari laporan para guru saat mengawasi UN. Sebagian yang lain dari investigasi di sejumlah sekolah. KAMG akan nama-nama sekolah dan bukti pelanggarannya itu ke Dinas Pendidikan Provinsi Sumut secara lengkap. Dari sejumlah daerah yang terpantau pihaknya, temuan kasus kecurangan UN yang tergolong berat ini terjadi di daerah Binjai, Deli Serdang, Simalungun, Siantar, Toba Samosir, Samosir dan Humbang Hasudutan (Humbahas).

Bahkan, kata dia, di daerah Humbahas Kepala SMK Trisula dan tim independen sepakat melakukan kecurangan dengan membuat kesepakatan membacakan soal dan kunci jawaban, sedangkan daerah lain tim independen hanya berada di luar kelas saat UN berlangsung.

Sementara itu untuk Kota Medan yang pada tahun lalu terbukti melakukan kecurangan UN, pada tahun ini hal yang sama juga ditemukan namun dilakukan lebih rapi.

"Kami menemukan 16 sekolah di Medan yang melakukan kecurangan UN yang dilakukan lebih rapi dari tahun sebelumnya seperti menyelipkan lembar jawaban di bawah kertas soal UN saat dibagikan oleh guru. Selain itu pihak bimbingan belajar juga mengambil bagian dalam tim sukses UN kali ini," ujarnya.

KAMG menunjukkan bukti-bukti kecurangan di antaranya rekaman video tukar menukar jawaban para siswa di kantin sebuah SMA favorit di Medan, lembar jawaban cetakan komputer, dan foto telepon seluler.

Teti Sihombing salah seorang pengawas di sebuah SMA di Pematang Siantar mengaku mendapat intimidasi dari pihak yayasan sekolah karena tidak mau menuruti keinginan pihak sekolah. "Saya tetap tidak mau mengganti berita acara UN. Saya menyatakan ada kecurangan di depan mata saya. Saat saya akan pulang, mereka mengatakan 'tolong hati-hati.' Saya juga disoraki guru dan siswa dengan mengatakan gila," katanya.

Saat mengawas, Teti mendapatkan kunci jawaban dengan cetakan lengkap. Dia tidak tahu dari mana kunci jawaban yang beredar di siswa. Dia menduga ada kebocoran soal sebelumnya. Bentuk kecurangan itu terjadi selama tiga hari berturut-turut selama dia mengawas UN.

Sementara itu, kemarin Kasat Intel Polresta Siantar AKP Rusdi mengakui Polresta menerjunkan beberapa polisi untuk memperketat pengamanan UN di beberapa sekolah di Siantar. Ia tak menampik jika polisi turun ke SMA 3, SMA 2, dan beberapa SMA lainnya.

Sempat beredar informasi, telah terjadi beberapa kecurangan dalam pelaksanaan UN di Siantar, terutama di beberapa sekolah negeri. Kabarnya polisi mengamankan beberapa orang yang dituduh terlibat dalam kecurangan tersebut. Namun, AKP Rusdi membantah informasi tersebut. Menurutnya, kedatangan polisi ke beberapa sekolah hanya untuk memperketat pengamanan. (kcm/daud)