26 September, 2008

“Keprihatinan terhadap Partuha Maujana Simalungun (PMS) Pematangsiantar”

SIANTAR-SK: Mantan Walikota Pematangsiantar Drs. Marim Purba menyatakan keprihatinannya yang sangat dalam terhadap pernyataan Partuha Maujana Simalungun (PMS) Siantar di berbagai media massa dalam krisis kepemimpinan di Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih, Pematangsiantar.
Marim meminta sebagai lembaga kebudayaan dan kumpulan para cendekiawan yang dituakan, seyogianya PMS Siantar lebih bijaksana dalam bersikap, menjunjung tinggi objektivitas, berdiri diatas semua golongan dan berdasar kebenaran yang hakiki (habonaran do bona). Menurutnya, tugas utama PMS adalah menjalankan fungsinya yang utama dalam merumuskan strategi kebudayaan, yaitu menggali nilai luhur Simalungun dan mengekpresikannya menjadi nilai yang mengutamakan kehidupan dan kemanusiaan. “Kebudayaan Simalungun harus menjadi inspirasi bagi upaya mencerdaskan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan panduan bagi keadilan dan kebenaran, khususnya di Siantar dan Simalungun,” kata Marim melalui siaran persnya.
“Oleh karena itu saya sangat prihatin jika PMS Siantar terperosok dalam sikap dukung mendukung, bersikap pragmatis, berpandangan sempit, dan berorientasi pada kepentingan pribadi. Sikap PMS Siantar selama ini cuma menjadi cermin dari sikap penguasa, dan memperlihatkan bahwa PMS Siantar tidak melakukan fungsinya untuk mengkritisi pemerintah, tapi justru telah menjadi alat penguasa dan secara tidak sadar menjadi corong pembenaran sikap penguasa dalam memperalat komunitas Simalungun,” ujar Marim melanjutkan.
Dia menyerukan agar PMS Siantar kembali kepada tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga kebudayaan Simalungun, memberi ruang hidup bagi masyarakat Siantar dari berbagai latar belakang kebudayaan untuk melakukan peran yang seluas-luasnya dalam masyarakat dan pemerintahan. Menurutnya PMS Siantar wajib memberi identitas diri ke-Simalungun-annya bukan untuk memonopoli kebenaran, tetapi dalam upaya saling memperkaya, saling hormat dan beradab, serta bersikap adil atas dasar kebenaran. Karena itu siapapun yang memegang teguh prinsip-prinsip ‘habonaran do bona’ di Pematangsiantar/Simalungun, dari latarbelakang budaya dan agama apapun, termasuk juga Dr. Ria Telaumbanua yang telah mengabdikan tanaga dan pikirannya bagi RSU Dr. Djasamen Saragih, maka ia juga adalah bagian dari orang Simalungun sejati. (fet)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar