Masyarakat Terserang Gatal-gatal
SIMALUNGUN-SK: PT.Eastern Sumatera Indonesia (PT ESI) yang terletak di Nagori Mariah Bukit, Kecamatan Gunung Malela, Simalungun, dan merupakan anak perusahaan PT Sipef, ternyata selama ini membuang limbahnya ke aliran Sungai Bah Bolon. Demikian diakui Jumadi(45),salah seorang warga nagori tersebut, Jumat(25/1) saat ditemui SK di lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit ini. Dikatakan Jumadi, pembuangan limbah ke sungai tersebut oleh PT.ESI telah berlangsung sejak lama dan sudah berulangkali dikeluhkan masyarakat. Hal ini juga dibenarkan Supendi, Kepala Nagori Pematang Syahkuda yang berbatasan langsung dengan lokasi pabrik. Menurut Supendi, limbah PT.ESI bukan hanya berbentuk cairan namun juga berupa gas yang berbau menyengat.
"Bila mereka melepas gas, ada dua bau yang sering timbul. Kadang bau busuk yang sangat mengganggu dan terkadang bau jagung rebus," terangnya.
Lebih lanjut kepala nagori ini menjelaskan, beberapa waktu lalu pihak pabrik telah mengundang beberapa nagori yang ada di sekitar pabrik untuk melakukan pertemuan, membicarakan persoalan pengelolaan limbah.
Dalam pertemuan tersebut dijelaskan, pihak ESI telah menjalin kerjasama dengan PT.Aes Agriverde untuk menangani limbah yang selama ini dibuang ke Bah Bolon. Namun hingga saat ini, pembuangan tersebut masih berlangsung. "Persoalan limbah tersebut berbahaya atau tidak, saya tidak mengetahui pasti, namun yang jelas limbah itu ada dan baru dibicarakan sejak pimpinan yang baru ini. Sedangkan sebelumnya, hal tersebut tidak pernah diperdulikan," jelas Supendi.
Sementara itu, Dina (23), warga Nagori Mariah Bukit yang sering menggunakan air sungai untuk keperluan mandi, mengaku sering terkena gatal-gatal bila selesai mandi. Dijelaskannya, kondisi ini akan lebih parah jika pihak pabrik kebetulan melakukan pembuangan limbah secara besar-besaran.
"Jika membuang besar-besaran, blengket warna hitam itu akan terlihat jelas dan menjijikkan di atas air sungai. Bila hal ini berlangsung, terpaksa kita harus menunggu hingga pembuangan selesai," ujarnya lagi.
Hal senada juga diungkapkan Dewi (28) warga yang sama. Dewi menuturkan dirinya bahkan sampai dengan sengaja mandi menjelang magrib, namun tetap mendapat gatal-gatal. Akibatnya Dewi mengaku enggan menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan mandi. "Padahal, di daerah kami ini tidak tersedia fasilitas PDAM sehingga serba salah. Namun jika memungkinkan, sebaiknya pabrik ini ditindak pihak yang berwajib," katanya dengan kesal. Saat SK mencoba menemui pimpinan PT.ESI, pihak keamanan pabrik tidak mengijinkan. Alasannya menurut satpam, perusahaan telah menunjuk berbagai pihak, untuk menanggungjawabi hal ini. Salah satunya disebutkan pihak Bapedalda Simalungun. Saat SK kembali mempertegas bahwa Bapedalda Simalungun adalah pihak yang mengawasi, satpam tersebut malah menuding Bapedalda yang bertanggungjawab. "Itu bukan urusan kami, itu sudah menjadi tanggungjawab Bapedalda Simalungun. Jadi silahkan temui Abdul Latif selaku Kepala Bapedalda jika ingin menanyakan hal tersebut," ujar salah seorang satpam yang bertugas dengan nada tinggi, seraya menuding SK sebagai media siluman.